Wanita Tua Ini Memilih Menahan Lapar Dibanding Memakan Uang Dagangan yang Bukan Miliknya

 Wanita Tua Ini Memilih Menahan Lapar Dibanding Memakan Uang Dagangan yang Bukan Miliknya

Seorang wanita tua di Makassar, Sulawesi Selatan, membuat terenyuh sejumlah netizen karena kejujuran dan perjuangan kerasnya menghadapi hidup.

Ia tak akan pulang sebelum barang dagangannya habis dan sering menahan lapar karena tak mau menggunakan uang dari berjualan.

Kisah menyentuh Gipa, nama wanita itu, dibagikan neter bernama Yeyen Adhi di akun Facebooknya, Minggu (26/2/2017). Sejumlah netizen yang membaca postingan itu juga tak tega dengan kondisi wanita tua tersebut.

Seperti dikutip dari postingan Yeyen, Gipa yang tinggal di Limbung biasa berjualan di lapangan Karebosi, Makassar.

Saat ditelusuri, Limbung berada di Kabupaten Gowa, yang memiliki jarak cukup jauh dari Kota Makassar.

Wanita yang berusia kurang lebih 70 tahun itu biasa pulang empat hari sekali, menunggu kacang dan telur rebus yang dijualnya habis. Ia biasa tidur di emper toko sekitar lapangan Karebosi ketika malam.

Yang membuat kagum, Gipa memilih untuk menahan rasa lapar dibanding harus memakai uang hasil berjualan, yang bukan miliknya sepenuhnya.

Ia hanya menjualkan barang dagangan orang lain, sehingga baru berani memakai uangnya setelah memberikan setoran.

Tribunjogja.com belum berhasil mengkonfirmasi Yeyen untuk bertanya lebih lanjut soal Gipa.

Namun pada netizen lain, ia membenarkan bahwa Gipa memang berjualan di lapangan Karebosi, di depan sebuah musholla.

Begini postingan lengkap Yeyen.

"Tadi nemu waktu jogging. Namanya nenek Gipa, berumur sekitar 70-80 tahun. Beliau tidak bisa berbahasa Indonesia, hanya berbahasa Makassar saja. Beliau tinggal di Limbung, biasa berjualan di lapangan Karebosi tapi bukan jualannya sendiri melainkan milik orang lain.

Nenek Gipa menjual telur rebus seharga Rp 2000 per butir dan kacang goreng Rp 5000 per gantung. Nenek Gipa belum bersuami jadi tidak punya anak. Saat diwawancarai beliau mengatakan 'saya sudah tua mi nak, tidak mau mi kawin. Tidak ada suamiku apalagi anak'.

Jadi beliau menumpang tinggal di rumah yang punya jualannya. Nenek Gipa biasa tidak pulang ke Limbung kalau jualannya belum habis. Biasanya setelah empat hari beliau baru pulang. Jadi selama empat hari beliau tidur di emperan toko di sekitar jalan dekat lapangan Karebosi.

Dulu beliau berprofesi sebagai pengemis di Marasa Masappang tapi setelah dilarang oleh satpam setempat, beliau beralih profesi menjadi penjual. Beliau biasa tidak makan selama menjual, karena beliau takut menggunakan uang hasil jualan yang bukan mliknya. Jadi biasa beliau mendapatkan makanan dari orang-orang dermawan yang simpatik melihat kondisi beliau.

Saat diwawancarai pun beliau mengatakan 'saya lapar nak, belum makan. Jualan saya pun belum ada yang laku. Tidak ada kodong orang yang mau beli jualanku'.

Hati saya terenyuh mendengar keluh kesah beliau selama proses wawancara berlangsung. Semoga nenek Gipa senantiasa dberikan kesehatan dan kelapangan Rezeki. Aamiin yaa Allahumma Aamiin. Jadi bagi teman-teman dermawan yang sempat melihat nenek Gipa, mohon bantuannya. Karena insya Allah, Allah senantiasa melapangkan rezeki orang-orang yang senang bersedekah."








Sumber Artikel:

Iklan Atas Artikel

Copy

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel