Miris, Begini Keseharian Kakak-Adik Buta dan Lumpuh Tinggal di Bilik Pengap

Miris, Begini Keseharian Kakak-Adik Buta dan Lumpuh Tinggal di Bilik Pengap




Muhammad (30) dan adiknya, Yani (25) tinggal di bilik bambu di ruang dapur rumahnya di Dusun Krajan, Desa Karang Paiton, Kecamatan Ledokombo. Hari-hari dua orang yang mengalami buta dan lumpuh itu, hanya dihabiskan di ruangan berukuran sekitar 1,5 x 2 meter itu.
"Sehari-hari ya berada di ruangan itu, tidak ke mana-mana," kata kakak Muhammad dan Yani, Siti Fadilah, Jumat (7/2/2020).
Menurut Siti, kedua adiknya itu lebih banyak berbaring di tempat tidur dari lantai dengan beralaskan plastik. Praktis tidak ada aktivitas yang berarti.
"Lebih banyak tiduran. Pagi setelah dimandikan tiduran. Setelah makan juga tiduran aja. Kondisikan kan seperti itu, lumpuh dan tidak bisa melihat. Apalagi tubuh mereka juga kurus kayak gitu," ujar Siti.
Namun, lanjut Siti, Muhammad sedikit lebih aktif dibanding Yani. Pria itu terkadang merambat sambil duduk.
"Muhammad kadang ngesot gitu, merambat. Makanya pintu bilik kita tutup dan kita kasih palang agar tidak mudah terbuka. Sebab kami khawatir dia keluar bilik. Kita takut karena di dekat rumah ada sumur," tutur Siti.
Selain itu, sambung Siti, Muhammad juga lebih gampang emosi. Dia mudah marah jika suasana hatinya tidak nyaman.
"Jika dipakaikan baju, dia marah. Tidak mau. Juga jika tidak dikasih kopi dan minuman sachet. Kesukaannya memang kopi dan minuman sachet. Jadi tiap hari kita sediakan," kata Siti.
Muhammad juga lebih sering buang air besar. Bahkan sehari bisa sampai 4 kali. "Harus sering-sering dicek, karena buang air besarnya sampai 4 kali dalam sehari. Agar ruangannya nggak tambah bau," ujar Siti.






Sumber Artikel:

Iklan Atas Artikel

Copy

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel